Kamis, 12 Februari 2015

cepen islami berdasarkan kisah pribadi

Sentilan Tuhan Untuk Si Buyung

 Perubahan keperibadian dan akhlak seseorang selalau berubah- ubah dan semua itu tidaklah lepas dari campur tangan tuhan. Buyung adalah seorang anak laki-laki ke empat dari tujuh bersaudara, yang mewarisi darah kebangsawanan. dari jalur ayahnya R. Fandy ,Buyung adalah keturunan ke 13 dari kerajaan Madura dan turunan ke 14 dari Raden Mas Ontowiryo (Pangeran Dipa Negara). sedangkan dari jalur ibunya R.Finah, Buyung adalah keturunan ke lima dari kerajaan Keraton Sumedang. Sejak kecil tidak ada yang istimewa dari kehidupan Buyung, karena sedari kecil Buyung adalah anak yang penakut yang hanya suka bermain dengan perempuan dan menjauhi permainan yang sekiranya membahayakan,menakutkan,dan yang memicu keberanaian. Kemudian rasatakut Buyung terhadap bahaya dari permainan yang menguji nyali kian pudar setelah ia menginjak usia 12 tahun yang saat itu ia baru duduk di bangku kelas 6 Sekolah Dasar(SD). Buyung amat beranai bahkan kala itu ia kerap menolong temannya yang saat itu tengah di palak oleh anak-anak yang nakal. Buyung kini mudah bergaul, sampai keluar dari SD Buyung selalau mendapat perhatian kusus dan respon yang baik dari teman-temannya.

Mencari Teman Baru Di SMP

 Usai tamat SD Buyung kembali melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama(SMP). Selama masa awal belajar di sekolah yang baru dan melihat teman baru Buyung kembali sulit bergaul untuk memiliki teman, dikarnakan Buyung masih merasa asing dengan kebiasaan pergaulan teman-temannya yang baru. Namun, meski telah beberapa lama Buyung mulai beradaptasi dengan temannya yang baru. Dikarnakan, pikirnya menggunakan pematah dimana bumi berpijak di sana langit di junjung. Selama itu Buyung menikmati pergaulan bersama teman- temannya yang baru di SMP. Buyung amat sekali menikmati mermainan demi mermainan yang selalu di ajak oleh temannya samampai suatu ketika Buyung di ajak oleh salah satu teman SMP nya Cokel dan Bule untuk mengikuti kebiasaan kakak kelasnya yaitu memberhentikan truk yang sedang laju untuk di naniki dan berhenti samapai tujuan yang di inginkan.Kebiasaan ini suka di namai dengan Berani Mati(BM). Selama setengah tahun di kelas 7 SMP Buyung menghiraukan kebiasaan yang kurang baik yang kian melekat pada dirinya di sekolah yang di ajarkan temam-temannya pada Buyung. Sampai suatu hari Buyung memiliki rasa suka kepada teman perempuannya di sekolah.

Di Ajari Play Boy Oleh Teman 

 Buyung yang kala itu sedang kasmaran pada salah satu teman prempuannya, ia di ajari cara medekati dan memacari perempuan oleh temannya sehingga Buyung pun menjadi seorang remaja yang amat play boy di sekolah. Setiap perempun yang ia sukai, Buyung selalu bendekati perempuan itu sampai memdapatkan hati perempuan yang ia inginkan. Keberhasilan manjadi Arjuna sekolah memeang patut di akui, hal itu terbukti dengan ia memacari 5 murid perempuan di sekolahnya yang 1 dari lima adalah kakak kelasnya sendiri. Sampai suatu ketika, Buyung pernah menangisi salah satu pacarnya sampai di panggil oleh guru Bimbingan Pelajar(BP) karena Buyung terpergok oleh salah satu pacarnya sedang menyeleweng berduaan dengan anak perempuan lain, yang kemudian kejadian tersebut di laporkan oleh salah satu pacarnya kepada guru BP . Nasib apes Buyung mulai timbul dan dari peristiwa itu ia di pesanterenkan oleh orang tuanya guna meratapi kesalahannya. Namun ,meski di pesanterenkan Buyung masih melakukan kebiasaannya memjadi play boy di sekolah, bahkan ia sempat memikat hati dua orang santeri putri di pesanteren yang ia tinggali. 

Hukuman Kiyai MembuatnyaTaubat dan Ingin Bisa Mengaji


Buyung yang di hukum pesanteren oleh orang tuanya karena play boy, tidak kapok. Namun, setelah ia mendengar pembahasan sang kiyai pemilik pesantren, Buyung terbuka hati untuk mengetahui lebih dalam tentang ajaran sang kiyai di pesantern. Meski telah mendenar banyak nasihat dari sang kiyai Buyung tetap saja melakoni kebiasaannya di sekolah. Sampai suatu ketika Buyung di perintah membaca kitab kuning oleh sang kiyai namun ia tidak bisa dan sampai akhirnya si Buyung di cambuk oleh sang kiyai dengan tasbih besar yang sedang di pegang oleh sang kiyai. Tidak hanya itu sang kiyai kemudian menghukumnya lagi dengan cara menyuruhnya berendam dari jam 22 WIB sampai tengah malam di kolam temat membasuh kakai di temat wudhu. Hukuman kiyai kali ini membuat Buyung kegelian dan jijik hingga kapok, dikarnakan ia harus berendam di malam air di kolam tempat membasuh kaki yang ada di Mesjid yang isi kolam tersebut di penuhi dengan akak Katak yang suka disebut Kecebong. Rupanya didikan sang kiyai pada Buyung membuahkan hasil. Buyung rajin mengaji dan belajar agama menjadi semakin semangat. Namun, tetap saja Buyung masih suka berpacaran di sekolah sampai suatu ketika Buyung kembali di tes membaca kitab kuning oleh sang kiyai dan di suruh menjelaskan makna yang terkandung dalam isi pembahasan kitab tersebut. Buyung tetap tidak bisa ia pun keheranan. Padahal, ia raji mengaji. Buyung bertanya pada santeri seniornya,’’ kenapa bisa begini?..’’ .Tanya Buyung pada senior.” ‘’Mungkin kamu masih suka maksiat ”. jawab senior pada Buyung sambil berbisik depan kiyai. Buyung merenung sejenak dan teringat ia masih suka berpacaran di sekolah yang padahal ia tau bahwa pacaran itu tidak di perbolehkan dalam ajaran agamanya. Entah kenapa sang kiyai pun setelah Buyung berfikir demikian sang kiyai berkata .’’siapa yang ingin belajar agama yang benar jauhilah maksiat terutama berpacaran!”. Ujar kiyai pada santerinya di dalam Majlis Ilmu. Esoknya si Buyung pergi sekolah dan meminta maaf pada semua perempuan yang pernah ia pacari dan mohon untuk putus setatus namun, tidak putus silaturohim. Dari kejadian itu Buyung belajar bahwa mempelajari ilmu agama tuhan janganlah di campuri dan mengotorinya dengan maksiat sekecil apapun. Usai putus setatus play boy yang kemudian menjadi jomlo, buyung merasa mudah menanggapi dan memahami ilmu yang di sampaikan oleh sang kiyai. 

semoga ulasan kisah pengalaman yang di tulis singkat ini dapat menjadi denungan,.Amin