Sabtu, 28 Maret 2015

HISTORIOGRAFI PERADABAN DAN KEBUDAYAAN


HISTORIOGRAFI PERADABAN DAN KEBUDAYAAN
             MAKALAH
Diajukan sebagai salah satu tugas kelompok mata kuliah Historiografi Umum yang dibina oleh 
Drs. Fajriudin M.Ag./ Wahyu Iryana M.Ag
                                                                                           
oleh : Naurid .M. Rifa’i Ilyasa (1155010083)

 (SPI/ IV-C)

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2016


KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat pada kami selaku penulis untuk menghadirkan sebuah makalah yang berkaitan dengan mata kuliah Historiografi Umum guna membuka cakrawala ilmu  tentang masyarakat sebagai perisai kehidupan yang memberikan jalan terbaik bagi kehidupan kita.
Selesainya makalah ini selain untuk memperkaya khazanah kepustakaan keilmuan terutama tentang kajian Historiografi peradaban dan kebudayaan  Makalah ini penulis persembahkan kepada pembaca agar dapat memahami dengan mudah mengenai Historiografi peradaban dan kebudayaan. Namun dengan adanya makalah ini penulis tak lupa mengharapkan kritik dan saran guna membangun interaksi sosial  yang baik antara penulis dan pembaca agar pada kesempatan yang akan datang penulis dapat melahirkan karya ilmiah yang lebih baik dari sebelumnya.




Bandung, 10  Oktober 2016

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Historiografi sebagai sebuah kajian dalam ilmu sejarah merupakan salah satu metode yang digunakan oleh para sejarawan dalam merealisasikan data dan fakta sejarah yang ada menjadi sebuah produk sejarah yang sempurna. Bahkan ada yang mengatakan bahwa historiografi adalah  sejarah dari sejarah. Dengan ilmu historiografi akan dibahas hasil-hasil dari penulisan sejarah, dari sejak manusia menghasilkan suatu karya sejarah bagaimanapun sederhana bentuknya, seperti cerita rakyat, legenda, mitos dan sebagainya sampai pada karya sejarah modern.[1] Dalam memformulasikan sebuah peristiwa sejarah, seorang sejarawan akan menggunakan beberapa ilmu bantu yang ia gunakan sebagai katalisator dalam rekonstruksi peristiwa sejarah. Historiografi atau sejarah penulisan peristiwa sejarah berkaitan erat dengan aspek geo-histori dan geo-politik dari sang penulis sejarah. Dalam kesempatan kali ini, penulis akan membahas mengenai Perkembangan Historiografi Barat dengan sub-kajian mencakup: kemunculan sejarah sebagai ilmu dan penulisannya, periodisasi penulisan sejarah Barat, kosmologi dan weltanchaung (world view) historiografi Barat hingga tokoh sejarawan klasik dan karya sejarahnya. Hegel  dan  Karl  Marx  mengataka sekalipun   sejarah berputar sebagai siklus tetapi ahirnya sejarah dan peradaban akan berhenti pada  suatu  titik  dmana  liberal  state  telah  tercapai.  
kebobrokan kapitalisme yang tidak lagi ditoleri.



1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa objek kajian ilmu sejarah Barat?
2.      Seperti apa peradaban dan kebudayaan menurut barat atau Keristen dan Islam?
1.3TujuanPenulisan                                                                                            
1. Untuk memahami objek kajian ilmu sejarah Barat!
2. Untuk memahami peradaban dan kebudayaan menurut barat atau Keristen dan Islam!


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Objek Kajian Ilmu Sejarah Barat
a.      Humanisme
Humanisme berasal dari latin (humanis;manusia, Isme adalah paham   atau     aliran).   Pertama,   nama   dari  suatu   aliran     kebudayaan dikalangan  kaum terpelajar  yang mencapai  kejayaan   pada abad ke-15 di Italia  dan  abad  ke-16  di negara-negara  lain.   Bertujuan  mengembangkan segi rohaniah   pada manusia secara mandiri menurut pola-pola dalam kebudayaan     dan  kesustraan  klasik.  Tokoh  yang  terkenal  antara  lain. Petrarka,  Boccacio,  Pico  Della,  Mirandola.  Kedua,  humanisme  modern yaitu pandangan hidup yang ingin memahami manusia dan kemanusiaan sebagai   dasar   dan   tujuan   dari   segala   pemikiran      ilmu   pengetahuan kebudayaan dan agama. Humanisme ini adalah penerusan dari humanisme kuno yang sudah berabad-abad umurnya.[2]
Mangun Harjana dalam bukunya  : Isme-Isme Dari A Sampai Z mengatakan pengertian humanisme adalah pandangan  yang menekankan martabat  manusia   dan kemampuannya.  Menurut  pandangan  ini   manusia bermartabat luhur, mampu menentukan nasib sendiri dan dengan kekuatan sendiri  mampu  mengembangkan  diri   dan  memenuhi  kepatuhan    sendiri mampu  mengembangkan     diri  dan  memenuhi  kepenuhan  eksistensinya menjadi paripurna.[3]
           
Pemakaian Istilah Dalam Sejarah Filsafat
1.      Doktrin protagoras mengatakan manusia sebagai  ukuran. Dengan begitu kontras  dengan bermacam bentuk absolutisme, khususnya yang bersifat epistemologis.
2.      Dalam  renaisance,  istilah  ini menunjukan  gerak  balik  kepada  sumber- sumber Yunani, dan kritik individual serta interpretasi individual kontras dengan tradisi skolatisisme dan otorita religius.
3.      Pada abad kemudian, istilah itu dipakai dalam kontras   dengan teisme, dan  menempatkan  manusia  sumber  kebaikan  dan  kreativitas.  August Comte adalah contoh yang ekstrim pengunaan seperti ini. Ia memformulasikan  suatu  kerangka  eklesialistikal  untuk  ”agama humanis.“
4.      Dalam  pengunaan   F.C.S  Schiller     dan  William  James,  humanisme diangkat  sebagai     pandangan  yang bertolak  belakang     dengan absolutisme   filosofis.   Ini   tidak   kembali   kepandangan   protagoras. Alasannya pandangan Schiller dan James dipandang melawan hal-hal absolut  metafisis  dan bukan  yang  epestimologis,  yaitu  melawan  dunia tertutup  idealisme  absolut.  Oleh  karena  itu,  penekanannya  pada  alamatau dunia yang terbuka, pluralisme dan kebebasan manusia.[4]

Pembagian  sejarah  humanisme  oleh  Said  Tuhuleley  dalam  bukunya Masa Depan Kemanusiaan  menjadi  tiga periode:

a)      Zaman Antik
Orang romawi 2000 tahun yang lalu menggunakan kata humanis untuk  menunjukan  cita-cita  yang  mengusahakan  pengembangan    tertinggi etis   kultural   kekuatan-kekuatan   manusia   dalam   bentuk   secara   estetik sempurna, bersama dengan  sikap baik hati dan kemanusiaan. Tokoh Cicero (106-43SM)  cita-cita  humanisme  berkembang  dalam  stoa  dengan  tokohSeneca dan Marcus Aurelius[5]

b)     Pra-Renaisance, Abad ke 14-16
Tahap inilah barangkali kunci kelahiran abad modern, abad ke- 14 Italia dunia  kristiani  mulai  menemukan   cita-kemanusiaan  Yunani  dan Romawi.  Seni  klasik  mulai  berkembang   terutama  patung-patung   tubuh manusia memberi sumbangan besar seni di zaman itu. Manusia mulai ditempatkan sebagai pusat perhatian. Pendidikan dipandang sebagai pengembangan manusia, manusia dianggap tolak ukur kewajaran kehidupan pada waktu itu tek kuno dalam filsafat mulai diteliti sastra dan diterjemah[6]
Peran  Paus  di  Roma  ikut  dalam  gerakan  diusahakan mendamaikan  agama  kristiani     dengan  kebudayaan  kuno  (Socrates  dan Plato).  Ciri  periode  ini  adalah  wawasan  yang  luas,  optimis  penolakan terhadap   kepicikan   dan   keadilan   usaha.   Dua   tahap   humanisme   itu merupakan tahap pertama kearah sekularisasi   dunia eropa tengah dan barat tokoh puncak humanisme adalah Trasmus dan Rotterdam (1466-1536).[7]

c)      Tahap Humanisme Modern
Humanisme untuk sebagian bangsa eropa berpengaruh terutama dalam  kehidupan  rohani.  Mendorong  gereja  mentranformasikan    diri  dari dalam dan mencoba kedalam hidup batin disisi lain.[8]
Di abad 15 dan renaisance diabad 16 kita menyaksikan gerakan pembaharuan religius eropa. Di eropa utara devotia moderne mengusahakan pendalaman mistis, kita menyaksikan kelompok yang melakukan tapa. Kehidupan  katolik  di  abad  16  ditandai  oleh  kelompok  mistik  dan  hidup rohani,  Santa  Theresia    dan  Avila,  Santo  Johanes  dan  Cruz  dan  Santo Ignasius   dari Yolala.  Yaitu terahir mendirikan  orde serikat.  Yesus (Orde Yesui)  yang  akan  membawa  perubahan   katholik  disemua  front  sedang peristiwa  penting  dan  dasyat    adalah  reformasi  protestan,  Martin  Luther, Jean  Calvin  dan  Ulricl  Zwiaghi.  Reaksi  terhadap  abad  yang  kacau  balau adalah   munculnya   zaman   pencerahan   sejak   pertengahan   abad   ke   7. Pencerahan,  “ keluarnya  manusia  dari ketidakdewasaan    yang  disebabkan diri sendiri “ (kant) semakin melawan tradisi-tradisi religius dan politis  atas nama  akal  budi.  Pencerahan  melahirkan  tahap  ketiga  humanisme  yangsampai sekarang merupakan salah satu dalih dari kerohanian barat.[9]
Abad  pertengahan  berahir  sesudah  abad  pencerahan  abad  15 dan   16.   Kata   “renaisance“   berarti   kelahiran   kembali   yang   dimaksud dengannya  adalah usaha untuk menghidupkan  kembali   kebudayaan  klasik (Yunani dan Romawi)  Pada saat orang mencari alternatif untuk kebudayaan tradisional  (yang sama sekali diresapi suasana kristiani perhatian diarahkan kepada satu-satunya    kebudayaan yag lain yang meraka kenal, yaitu kebudayaan  Yunani  dan  Romawi.  Kebudayaan  itu  sangat  mereka  dewa-dewakan  dan diambil sebagai contoh untuk segala bidang kultural.[10]
Sudah Abad 14 renaisance mulai berkembang dalam dunia kesustraan Italia. Tokoh pertama yang mengarang Petrarca (1304-1374) dan Boccacio (1313-1375) Terutama dalam bidang sastra pra waktu itu terdapat apa yang disebut humanisme gerakan yang mencari inspirasi dari kesustraan klasik  Yunani  dan  Roma.  Seorang  humanis  adalah  seorang  sarjana  yang mendalami sastra dan kebudayaan Yunani dan Romawi.[11]
Sementara   itu   karena   datangnya   sarjana-sarjana   Yunani   di eropa, timbulah minat orang terhadap kebudayaan  Yunani pada khususnya dan kebudayaan kuno di dunia, itulah dianggap kebudayaan yang sempurna. Masa ini dikenal dalam sejarah lalu  kembali kezaman kuno atau renaisance. Dalam hal ini filsafat tidak ketinggalan orang tidak lagi memusatkan perhatiannya  pada Tuhan dan surga, melainkan kepada dunia dan manusia sebagai puncaknya. Manusia didewa-dewakan, manusia tidak hanya pusat pandangan. Disana-sini manusia adalah tujuan. Aliran yang memusatkan perhatianya pada manusia disebut humanisme. Mungkin terjadi dalam kelompok ini   bahwa manusia menjadi kelompok  tertinggi yang lain tidak ada.   Maka humanisme  ini menjadi  humanisme  tanpa Tuhan   tetapi tidak semuanya atheis.[12]
Humanisme barat berkembang dalam dua bentuk sebagai humanisme   moderat  dan  sebagai     humanisme  anti  agama.  Humanisme moderat menjunjung tinggi keutamaan manusia  yang luhur seperti kebaikan hati,   kebebasan   hati,   wawasan   yang   luas,   keterkaitan   dengan   seni, universalisme (Nilai budi dijunjug tinggi). Merasa dekat dengan alam, penolakan fatalisme, toleransi positif, Tokoh peyair Jerman Goeth, Schiller serta Wilhelm Von Humbold.[13]
Humanisme  anti agama  dipahami  sebagai  takhayul  atau keterikatan  manusia padairasionalitas  sehingga manusia dapat menemukan dirinya  jika  ia  melepaskan   diri  dari  agama.Tokoh     humanisme   atheis Ludwig Feurbach (1804-1872) yang memakai agama sebagai keterangan manusia. Karx Marx memandang agama sebagai candu masyarakat. Disebut juga  Friederic  Nietzsche,  Sigmund  Freud  (agama  sebagai  ilusi)  dan  Jean Paul Sartre.[14]
Rasio dipandang sebagai kekuatan yang dimiliki oleh manusia untuk mengenali   realitas, untuk menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi, moralitas, estetika, menentukan   arah hidup, perkembangan sejarah, memecahkan masalah ekonomi.[15]
Sesungguhnya antroposentrisme, humanismemuncul  dengan datangnya  rasionalisme  yang  tidak  lagi  percaya    bahwa  hukum  alam besifat  mutlak.  Rasionalisme  inilah  yang  melahirkan  renaisance    suatu gerakan  membangun  kembali    manusia  dari  kungkungan    mitologi  dan dogma.  Cita-cita  renaisance  adalah  mengembalikan  kedaulatan  manusia yang   selama   berabad-abad   dirampas   oleh   dewa   dan   mitologi   untuk mengusai nasibnya  sehingga kehidupan berpusat pada manusia bukan pada Tuhan.[16]
Filsafat  zaman  kuno  “Kosmosentris“  dan  filsafat  abad pertengahan “teosentris” maka filsafat abad modern lebih “antroposentris.” Dalam zaman kuno dicari arce “asal ” unsur induk dari kosmos sebagai  asal yang   ditujukan      misalnya   “atom-atom,“   “air”,   “materi   berjiwa,”   atau “angka-angka.  ”Juga“  yang  illahi“  asal  segala  sesuatu.  Pada  Plato  yang illahi  digambarkan    “ide  kebaikan“  Pada  Aristoteles  sebagai  “sebab  dari dirinya  sendiri.”  Pada  Plotonus  “Yang  Maha  Esa“  masih  sangat  abstrak konsepsi mereka tentang alam dan Tuhan.[17]
Berbeda dengan abad pertengahan, di mana Allah ditunjukan dengan  arce  alam semesta.  Allah  itu  pencipta  dan  alam  ini diciptakanya. Yang  illahi  sekarang  tidak  lagi  yang  abstrak:  yang  illahi  sudah  konkrit: Allah  itu  Tuhan    dari  kitab  suci,  Allah  yang  dihadapi  manusia  sebagai “engkau“  Allah  tidak  lagi  transenden    yang  menentukan  nasib  manusia Allah justru penyelenggara yang menyelamatkan manusia.[18]
B.     Identitas Kebudayaan Islam
Dalam ilmu antropologi, kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat yang mendalam dari suatu masyarakat. Sedangkan manifestasi-manifestasi dari kemajuan mekanis dari teknologi hal demikian lebih berkaitan dengan konsepsi peradaban. Kalau kebudayaan lebih banyak direfleksikan dalam seni, sastra, agama dan moral, maka peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi dan teknologi.  Kebudayaan mempunyai tiga wujud: Pertama, Wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu komplek individu, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya. Kedua, Wujud kelakuan, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu komplek aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat. Ketiga, Wujud benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya.
Para pakar sepakat bahwa kebudayaan adalah semua hasil karya, karsa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat akan menghasilkan tekhnologi dan kebudayaan kebendaan yang diperlukan manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan untuk keperluan masyarakat.  Karsa merupakan daya penggerak (Drive) untuk memotivasi manusia dalam memikirkan segala sesuatu yang ada dihadapan dan lingkungannya. Disamping itu Karsa masyarakat dapat merlahirkan norma dan nilai-nilai yang sangat perlu untuk tata tertib dalam pergaulan kemasyarakatan. Untuk menghadapi kekuatan-kekuatan buruk, manusia terpaksa melindungi diri dengan cara menciptakan kaidah-kaidah yang pada hakekatnya merupakan petunjuk-petunjuk tentang cara bertindak dan berlaku dalam pergaulan hidup. Kebudayaan pada setiap bangsa atau masyarakat terdiri atas unsur-unsur besar dan unsur-unsur kecil yang merupakan bagian dari satu keutuhan yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Selo Soemarjan dan Soelaiman unsur-unsur kebudayaan meliputi: alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga dan kekuasaan politik. Sedang unsur-unsur kebudayaan menurut C.Kluckhon sebagaimana dikutip oleh Koentjaraningrat adalah:
§  Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, rumah, alat-alat transportasi)
§  Mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi
§  Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi, politik, hukum)
§  Bahasa (lisan dan tulisan)
§  Kesenian (seni rupa, seni suara, dan seni gerak)
§  Sistem pengetahuan
§  Religi (sistem kepercayaan). 
Effat  al-Sharqawi mengatakan bahwa kebudayaan adalah bentuk ungkapan semangat mendalam dari sebuah nilai yang terdapat dan mendarah daging pada suatu masyarakat. Sedangkan manifestasi­manifestasi kemajuan mekanis dan tekhnologi lebih berkait dengan peradaban. Selanjutnya Sharqowi berpendapat bahwa kebudayaan adalah apa yang kita rindukan (ideal), sedangkan peradaban adalah apa yang kita pergunakan (real). Dengan kata lain, kebudayaan terefleksi dalam seni, sastra, religi dan moral. Sedangkan peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi, dan tekhnologi.
Kaum muslimin adalah pembawa Islam mencapai kemajuan dalam penulisan sejarahnya. Mereka menempatkan sejarah sebagai sebuah ilmu yang bermanfaat, dan sejarawannya telah menuliskan banyak buku. Pertama-tama, karya sejarah yang palbanyak dikarang adalah dengan tujuan mengambil manfaat dan teladan, karena mereka mendapatkan hal yang sama dalam al-Quran tentang kisah-kisah umat-umat yang telah lalu.[19]

C.    Sekilas Tentang Muhammad Iqbal
Tokoh ini mempunyai nama lengkap dan biasa dipanggil dengan sebutan Muhammad Iqbal. Ia lahir di Sialkot, kawasan Punjab pada tanggal 9 Nopember 1877. Kawasan ini sebelum tahun 1947 masih termasuk wilayah India. Kemudian setelah Pakistan menyatakan berpisah dari India pada tahun 1947 sebagai negara merdeka,kawasan  ini  secara  otomatis  masuk  dalam  wilayah  Pakistan.[20]  Akan tetapi, oleh karena Muhammad Iqbal meninggal sembilan tahun sebelum Pakistan menyatakan kemerdekaannya,  maka  banyak  para pemerhati  Iqbal memasukkan beliau sebagai seorang pembaru dari India, bukan Pakistan.[21] Leluhur Muhammad  Iqbal berasal dari keturunan  yang beragama  Hindu daerah Kasymir dari kasta Brahmana,  tapi mereka telah masuk Islam beberapa generasi   sebelumnya.[22]Ayah   Muhamma Iqbal   bernam Nur  Muhammad, seorang  pedagang  Muslim  yang  taat  beragama  dan  sufi,  sedangkan  ibunya bernama Imam Bibi. Kedua orangtuanya dikenal memiliki kesalehan yang dapat dipercaya. Kesalehan ini tentunya dapat dipastikan mempunyai pengaruh yang kuat dan mendalam bagi pembentukan kepribadian Iqbal.
Sistem pendidikan Barat dan sistem pendidikan tradisional telah dikritik Iqba denga tajam Kriti ini   dilakuka karen ia   berpandanga bahwa pendidikan merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari peradaban manusia, bahkan pendidikan merupakan substansi dari peradaban manusia.35 Pendidikan menurut Iqbal sesungguhnya bertujuan membentuk manusia sejati.36  Dalam hal ini  Muhammad   Iqbal  memandang  sistem  pendidikan  yang  ada  telah  gagal mencapai tujuannya. Pendidikan yang ideal menurutnya adalah pendidikan yang mampu memadukan dualisme secara sama dan seimbang, antara aspek keduniaan dan aspek keakhiratan. Dua sistem pendidikan yang ada, yaitu sistem pendidikan tradisional (Islam) dan sistem pendidikan Barat (Kristen) dalam perspektif Iqbal kiranya belum dapat mewujudkan pendidikan yang ideal ini.

D.    Riwat Bertrand Athur William Russell
(1872-1970) dilahirkan dalam suatu keluarga bangsawan yang terkemuka, Lord  John Russell, yang pernah menjadi perdana menteri Inggris mewarisi gelar Earl yang cukup terpandang dalam keluarga bangsawan Inggris.Pada usia umur 2 dan 4 tahun berturut-turut ia kehilangan ibu dan ayahnya. Dia dibesarkan dirumah orang tua ayahnya. Bertrand Russell adalah seorang  pribadi  yang sangat cemerlang di dunia filsafat kontemporer. Dan ia pernah di penjara saat peristiwa perang dunia ke-1, dikarnakan Bertrand adalah seorang filsuf yang menganut faham pasifisme(anti perang). Dalam memahami sejarah Russell sering menggunakannya untuk keseimbangan dalam mempelajari ilmu filsafat dan bahkan ia berpendapat bahwa Islam merupakan ensiklopedi bagi perkembangan kebudayaan mausia.


BAB III
PENUTUP

A.                Kesimpulan dalam memahami historiografi sebagai peradaban dan kebudayaan terbagi kedalam dua perspektif, yaitu Barat(keristen) dan juga perspektif Islam. Perbedaan antara keduanya adalah, menurut Barat peradaban dan kebudayaan harus kembali mempelajari seni dari eropa yaitu Yunani dan Romawi. Hal itu telah terjadi ketika peristiwa Rinaesance di Italia pada abad 13.
Sedangkan menurut Islam bahwa peradaban dan kebudayaan bisa dicapai dan berjaya apabila membaca kembali tentang sejarah raja- raja Islam terdahulu yang pernah berjaya dan juga kembali memahami Quran dan Sunah Nabi Saw. M. Iqbal menilai kejayaan peradaban dan kebudayaan, bisa diproleh dengan menyeimbangkan pendidikan Islam dan barat. Bertrand Athur William Russell berpendapat Islam merupakan ensiklopedi sejarah dan peradaban manusia.


DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal. 2000. Filsafat Manusia (Memahami Manusia Melalui Filsafat), Rosda, Bandung,
Bagus,Loren.2000. KamusFilsafat,PTGramediPustakaUtamaJakarta,
Hamersme, Harry. 1992. Tokoh Filsafat Barat, PT Gramedia, Jakarta,
Harjana, Mangun. 1997. Isme-Isme Dari A Sampai Z, Kanisius, Yogyakarta,
K.Bertens,1975. RingkasanSejarahFilsafat,Kanisius,Yogyakarta,
           Kuntowijoyo,1998. ParadigmaIslamInterpretasiUntukAksi,Mizan, Bandung,
Poedwijatna,1994. PembimbingKearahFilsafat,RinekaCipta,Jakarta,
Shadly, Hasan. Ensiklopedi Indonesia, PT Ichtiar Baru-Van Voeve, Jakarta,      Edisi khusus
Tuhuleley, Said. dll, 2003. Masa Depan Kemanusiaan, Jendela, Jakarta,









[1]Drs. Agust. Supriyono, MA., DIKTAT, Historiografi Eropa Barat  Abad Tengah & Modern, Jurusan Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Diponegoro, Semarang, 2003, hlm. 1

[2]HasanShadly,EnsiklopediIndonesia,PTIchtiarBaru-VanVoeve,Jakarta, Edisikhusus3,hal.1350
[3]Mangun Harjana, Isme-Isme Dari A Sampai Z, Kanisius, Yogyakarta,1997. hal. 93.
[4]LorenBagus,KamusFilsafat,PTGramediPustakaUtamaJakarta,2000,hal.295
[5]SaidTuhuleley,dll,MasaDepanKemanusiaan,Jendela,Jakarta,2003, hal 7
[6]Ibid.,8.
[7]Ibid.
[8]Ibid.
[9]Ibid.,9.
[10]Prof.K.Bertens,RingkasanSejarahFilsafat,Kanisius,Yogyakarta,1975, hal 45.
[11]Ibid. Hal 45.
[12]Prof.Ir.Poedwijatna,PembimbingKearahFilsafat,RinekaCipta,Jakarta, 1994, hal 98
[13]Said Tuhuleley,loc.cit.,hal.10.
[14]Ibid. Hal 10.
[15]Zainal Abidin, Filsafat Manusia (Memahami Manusia Melalui Filsafat),Rosda, Bandung, 2000, hal 224
[16]Dr.Kuntowijoyo,ParadigmaIslamInterpretasiUntukAksi,Mizan, Bandung,1998, hal. 160.
[17]Harry Hamersme, Tokoh Filsafat Barat, PT Gramedia, Jakarta, 1992, hal. 42.
[18]Ibid. Hal 42.
[19] Poedwijatna, PembimbingKearahFilsafat, RinekaCipta,Jakarta,1994, hlm.14.

[20]Baca Danusiri,  Epistemologi  dalam Tasawuf Iqbal (Cet. I; Yogyakarta:  Pustaka Pelajar,
1996), h. 3.

[21]Lihat  misalnya   Harun  Nasution Islam  Rasional h,  8;  Fazlur  Rahman Islam  dan
Modernitas:  Tentang Transformasi  Intelektualalih bahasa Ahsin Mohammad  (Cet. I; Bandung: Pustaka, 1985), h. 62
[22] Miss  Luce-Claude  Maitre,  Pengantar  ke  Pemikiran  Iqbal,  alih  bahasa  Djohan
Efendi (Cet. IV; Bandung: Mizan, 1992), h. 13.